
Memiliki Gaji atau penghasilan yang sangat tidak sesuai masih menjadi kendala yang tak pernah ada habisnya untuk Guru honorer, segala upaya sudah mereka lakukan untuk segera diangkat sebagai PNS, tetapi kejelasan jawaban pemerintah baik pusat maupun daerah dari pengajuan yang mereka lakukan untuk menjadi pegawai negeri masih ngambang alias tidak jelas.
Ini menimbulkan sebuah dilema berkepanjangan, besarnya tanggung jawab yang diberikan sebagai tenaga pengajar belum diiringi dengan sepadannya hak yang diterima oleh para guru dengan gaji yang sesuai.
Keadaan yang semakin hari semakin menghimpit terutama dalam kehidupan ekonomi para guru honorer akhirnya memaksa para guru honorer untuk melakukan bisnis tambahan sambil mengajar, dengan memanfaatkan keahliannya sebagai tenaga pengajar dalam bidang studi yang dikuasainya, seperti ada beberapa guru honorer yang membuat kursus private untuk para murid setelah jam sekolah selesai, ada juga beberapa guru honorer dalam bidang studi olah raga yang bekerja sama dengan beberapa tempat olah raga seperti Tempat Footsal atau Beberapa Kolam Renang dengan tujuan sekedar untuk mendapatkan penghasilan tambahan sebagai seorang guru honorer yang memang memerlukan penghasilan tambahan untuk mencukupi biaya kehidupan yang sangat tidak cukup jika hanya mengandalkan gaji setiap bulan sebagai guru honorer.
Kegiatan bisnis tambahan ini sebenarnya bukan merupakan sebuah permasalahan, malah sangat wajar jika hal ini harus terjadi karena hukum sebab akibat, akan tetapi keadaan ini akhirnya menimbulkan akibat baru yang lebih meluas, yaitu terjadinya pendapat pro dan kontra di kalangan orang tua murid.
Banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh para guru honorer dalam melakukan kegiatan disekolah yang tidak gratis atau berbayar, hak ini membuat beberapa orang tua murid resah dan agak sedikit "ngedumel" sebab mereka merasa sekolah tempat anak mereka menimba ilmu "sebentar-sebentar" mengadakan kegiatan yang seakan wajib untuk diikuti oleh anak mereka dan tidak gratis pula alias bayar.
kegiatan seperti ini sering dilakukan dan rutin, akhirnya pemikiran negatif terhadap para guru yang sering melakukan kegiatan seperti ini perlahan mendapat predikat dan citra buruk dari banyak orang tua murid yang keberatan dengan segala kegiatan sekolah seperti ini.
Seperti contohnya kegiatan berenang, semua murid di wajibkan untuk mengikutinya karena, kehadiran para murid sangat menentukan nilai, dan setiap kegiatan berenang yang dilakukan para murid harus membayar dengan biaya 30.000 per anak.
jangankan orang yang cerdas dalam matematika, yang tidak terlalu pandaipun akan mampu berhitung berapa uang yang terkumpul dari semua siswa yang ikut berenang dalam kegiatan ini, misalkan saja jumlah siswa yang mengikuti acara berenang dari satu kelas saja yang rata-rata jumlah muridnya lebih dari 30 siswa, maka total uang yang terkumpul adalah 30.000 x 30 siswa = 900.000 per kelas, bagaimana jika kegiatan berenang ini diikuti oleh seluruh kelas dalam sekolah, bisa di bayangkan berapa uang yang akan terkumpul, waduh... pasti lumayan banyak.
Sekarang kita hitung pengeluarannya.
Dari hasil penelusuran kami kebeberapa tempat kegiatan berenang yang biasa dilakukan oleh beberapa sekolah dan bahkan ada beberapa sekolah yang telah berlangganan di tempat berenang ini sejak lama, memberikan informasi "mencengangkan" kepada kami, pihak pengelola yang tidak mau disebutkan namanya ini mengatakan kepada kami, "sekolah yang berlangganan ditempat berenang mereka akan mendapatkan diskon dan biaya masuk yang murah, yaitu sebesar 10.000, per murid".
berarti jika dalam satu kelas, jumlah siswa yang diwajibkan untuk ikut beranang dengan harga discount dari pihak pengelola kolam renang adalah 30 siswa x 10.000 = 300.000.
dari biaya yang diwajibkan untuk membayar sebesar 30.000, masih tersisa selisih yang cukup besar karena adanya fasilitas discount dari pihak pengelola kolam renang tadi, yaitu sekitar 900.000 - 300.000 = 600.000 per kelas dengan jumlah murid 30 orang.
Dari uang sisa yang masih ada, lalu kita kurangkan lagi untuk biaya sewa mobil angkot yang biasa membawa para siswa ketempat mereka berenang, biaya sewa angkot untuk anak sekolah juga tidak terlalu mahal, semahal-mahalnya biaya sebuah angkot adalah sebesar jumlah setoran perhari yang dijadikan patokan tarif biaya sewanya, untuk ini kami pun melakukan penelusuran ke beberapa supir angkot dan memcoba menggali informasi tentang biaya uang sewa mobil angkot mereka jika ada pihak sekolah yang menyewa kendaraan milik pak sopir angkot ini, beberapa supir angkot yang kami tanya, memberikan jawaban yang beragam dan akhirnya kami mengambil kesimpulan bahwa biaya menyewa angkot untuk kegiatan berenang anak sekolah kisaran 100.000 s/d 200.000 per kendaraan angkot.
Dari jumlah murid 30 oang maka diperkirakan angkot yang harus di sewa adalah 2 angkot, dan kita ambil saja biaya angkot termahal dari data yang telah kami dapatkan yaitu 200.000 per angkot, berarti biaya yang dibutuhkan adalah 200.000 x 2 angkot = 400.000.
Lalu sisa uang yang masih tersisa di atas kita kurangkan lagi dengan biaya sewa angkot yang telah kita ketahui, maka sisa uang tersisa adalah:
600.000 - 400.000 = 200.000 (Saldo) per 30 orang siswa atau per kelas.
Bagaimana jika sekolah atau guru yang bersangkutan mewajibkan seluruh kelas harus mengikuti kegiatan berenang ini, maka bisa dipastikan uang kelebihan biaya berenang yang didapat atau terkumpul juga lebih besar lagi.
berikut review hitungan atau kalkulasi jelasnya, untuk biaya aktivitas berenang murid perkelas dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang (Siswa SD).
Biaya berenang per anak.
30.000 x 30 siswa = .......................................900.000
Biaya pengeluaran Guru.
Biaya masuk kolam renang per siswa,
10.000 x 30 siswa = ........................................300.000
Biaya Sewa angkot 2 buah untuk 30 siswa.
2 angkot x 200.000 = .......................................400.000
Saldo = ........................................................200.000 per kelas.
Sebenarnya keadaan ini tidak menjadi masalah bila kegiatan aktifitas berenang atau kegiatan lainnya yang di lakukan oleh para guru honorer ini membuatnya tidak terlalu sering dan rutin, sebab sering dan ruti inilah yang menimbulkan kontroversi dikalangan orang tua yang mulai kasak kusuk terhadap beberapa kegiatan seperti ini dalam sekolah. dan ini menjadi masalah yang baru di tengah keadaan para guru yang masih honorer dan bergaji kecil.
semoga dari artikel ini, kita dapat mengambil sebuah pemikiran dan kesimpulan yang bijak tanpa harus menyalahkan siapapun, membuat solusi yang baik dan tepat juga adil adalah cara menyelesaikan masalah yang bijak.
Sekali lagi ini hanyalah sebuah Dilema........
Sekali lagi ini hanyalah sebuah Dilema........
0 komentar:
Post a Comment