
Suami Dan Istri adalah kesatuan yang tidak dapat di pisahkan, penyatuan keduanya bukan hanya secara jasmani tetapi semua bagian dari kehidupan keduanya, ketika sepasang suami dan istri menikah maka pernikahan itu di saksikan malaikat dan Allah. Ikrar dan janji suci yang telah di kumandangkan lalu di catat dan di legitimasi sebagai janji sehidup semati.
Istri adalah mahkota suami begitu juga sebaliknya, keduanya harus saling menjaga kehormatan diri dan kehormatan pasangannya, di dalam perjalanan kehidupan, jika suami berada jauh dari istrinya maka dia tidak sendiri, istri tetap terbawa menyatu dalam diri suami sebagai kesetiaan dalam melangkah kemana dia pergi.
Demikian juga istri, kehormatan suami selalu melekat kuat kemanapun dia pergi, dia akan selalu meletakkan suaminya di atas kepalanya, setiap gerakan tubuh dan ucapannya adalah lambang kesetiaan dan penghormatan kepada suaminya.
Klise memang jika membaca kisah seperti ini, tapi mau ataupun tidak untuk mengetahuinya, kisah dan kesetiaan inilah yang pertama kali di ajarkan oleh Nabi Adam dan Siti Hawa ketika pertama kali diciptakan Tuhan.
Mereka adalah Lambang kesetiaan pertama kali yang di ciptakan Tuhan, lambang saling menghormati dan lambang saling menghargai serta selalu menjadi Fatron kehidupan rumah tangga sakinah mawadah warohmah yang sebenarnya.
Adam dan Hawa telah mencontohkan bagaimana cara mengelola alam semesta yang begitu luas sehingga dapat terwarisi hingga kini, semuanya dari Allah, tetapi mereka mampu mengolahnya dengan baik, hanya dengan menerapkan ilmu Rahman dan Rahim, Kasih dan sayang yang benar tulus dan ikhlas.
Hidup berumah tangga bukan di landasi oleh Harta sebagai ukuran kebahagiaan, sebab harta pasti akan habis jika tidak mampu di kelola dengan rasa saling cinta dan kejujuran, dalam mengolah hasil sabhan yang di raih antara suami dan istri akan di balut dengan keberkahan di dalamnya jika di olah secara benar berdasarkan Iman Hak, bukan Iman Batil.
Tidak ada istilah uang istri dan uang suami, jika ikatan rumah tangga telah di ikrarkan maka itu adalah milik bersama, suami yang bertugas mengadakan yang tiada menjadi ada sudah merupakan kudratullah yang tidak dapat di tolak, sedangkan istri ditugaskan Tuhan sebagai bendaharanya, mengatur semua pendapatan berdasarkan keadilandan jujur, jika itu di laksanakan oleh istri dengan baik dan benar maka Allah akan Meriridhoi dan tentu manambahkannya menjadi lebih besar dan lebih banyak lagi serta akan di sempurnakan Allah dengan keberkahan di dunia dan akhirat.
Tapi jika istri tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai bendahara dunia, maka sudah dapat di pastikan rumah tangga akan jauh dari bahagia, sehingga kembali bertobat dan kembali lagi ke awal hanya satu-satunya solusi yang terbaik, yaitu mengingat kembali apa yang di janjikan Tuhan dalam kehidupan rumah tangga, yaitu
"Laki-laki mu'min hanya untuk wanita mu'min" artinya baik laki-laki maupun perempuan harus kembali menjalankan Al-Quran dengan banar, sehingga pemutusan hubungan antara Allah dan Rasulnya yang terjadi karena kesalah yang di perbuat diri masing-masing akan kembali di ampuni.
Setelah di jalankan semua tugas masing-masing, apapun hasil yang di dapatkan dan yang telah diolah dengan baik, maka sukurillah, karena hanya itu yang dapat meredam hawa nafsu yang berlebihan.
Hawa nafsu yang akan menguji keduanya, ketika dititipkan harta yang banyak atau harta yang sedikit, karena sekali lagi harta hanyalah titipan dan harta itu adalah ujian, maka jangan pernah hanya terfokus pada jumlah harta yang di titipkan saja, yang lebih baik adalah selalu lulus dalam menjalani setiap ujian yang di hadapi dari apa yang di titipkan Allah kepada keduanya itulah yang lebih penting sebagai bentuk pengabdian kepada Allah sebagai hamba yang sempurna.
Terima Kasih.
Semoga sakinah, mawadah, warohmah,... Amin.
Depok Bisnis Info.
0 komentar:
Post a Comment